ANALISIS DAN SELEKSI PERILAKU KELOMPOK SASARAN DALAM PROMOSI GIZI



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Skinner (1938), seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus              Organisme               Respons, sehingga teori Skinner disebut teori “S-O-R” (stimulus-organisme-respons).
      Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompkkan menjadi dua, yaitu:
a.       Perilaku tertutup (Covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” atau “covert behavior” adalah pengetahuan dan sikap.
b.      Perilaku terbuka (Overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar “observable behavior”

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Siapa saja sasaran dalam promosi kesehatan ?
2.      Apa yang dimaksud dengan perilaku kesehatan ?
3.      Apa saja batasan-batasan dalam promosi kesehatan?
4.      Bagaimana peranan partisipasi masyarakat ?
5.      Apa saja elemen-elemen partisipasi masyarakat ?

1.3  TUJUAN PEMBELAJARAN
1.      Untuk mengetahui siapa saja sasaran dalam promosi kesehatan
2.      Untuk mengetahui apa itu perilaku kesehatan
3.      Untuk mengetahui batasan-batasan dalam promosi kesehatan
4.      Untuk mengetahui bagaimana peranan partisipasi masyarakat
5.      Untuk mengetahui elemen-elemen partisipasi masyarakat












BAB II
ISI

2.1 SASARAN PROMOSI KESEHATAN
·         Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan sebagainya.
·         Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta yang berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya.
·         Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan leh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta, pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi.






2.2  PERILAKU KESEHATAN
Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu,kelompok,atau masyarakat (Blum:1974).Oleh sebab itu,dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat,intervensi,atau upaya yang ditunjukkan kepada faktor perilaku ini sangat strategis.Intervensi terhadap factor perilaku secara garis besar dapat dilakukan melalui dua upaya yang saling bertentangan.Masing-masing upaya tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan.Kedua upaya tersebut dilakukan melalui:

1.Tekanan (Enforcement)
Upaya agar masyarakat mengubah perilaku atau mengadopsi perilaku kesehatandengan cara-cara tekanan,paksaan atau koersi (coertion).Upaya Enforcement ini bias dalam bentuk undang-undang atau peraturan-peraturan (law enforcement), intruksi-intruksi tekanan-tekanan (fisik atau nonfisik),sanksi-sanksi,dan sebagainya.Pendekatan atau cara ini biasanya menimbulkan dampak yang lebih cepat terhadap perubahan perilaku.Tetapi pada umumnya perubahan atau perilaku baru ini tidak langgengg (sutanaible),karena perubahan perilaku yang dihasilkan dengan cara ini tidak didasari oleh pengertian dan kesadaran yang tinggi terhadap tujuan perilaku tersebut dilaksanakan.

2.Pendidikan (education)
Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi,bujukan,imbauan,ajakan,memberikan informasi,memberikan kesadaran,dan sebagainya,melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau promosi kesehatan.Memang dampak yang timbul dari cara ini terhadap perubahan perilaku masyarakat,akan memakan waktu lama dibandingkan dengan cara koersi.Namun demikian,bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat,maka akan langgeng,bahkan selama hidup dilakukan.
Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan masyarakat,tampaknya pendekatan edukasi (pendidikan kesehatan) lebih tepat dibandingkan dengan pendekatan koersi.Dapat disimpulkan bahwa pendidikan atau promosi kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditunjukkan kepada perilaku,agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan.Dengan perkataan lain,promosi kesehatan mengupayakan agar perilaku individu,kelompok,atau masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.Agar intervensi atau upaya tersebut efektif,maka sebelum dilakukan intervensi perlu dilakukan diagnosis atau analisis terhadap masalah perilaku tersebut.Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Lawrence Green (1980).Menurut Green,perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama,yaitu:

a)      Faktor predisposisi (Predisposing factor)
Factor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,system nilai yang dianut masyarakat,tingkat pendidikan,tingkat social,ekonomi,dan sebagainya.Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.Untuk berperilaku kesehatan,misalnya pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil,diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa kehamilan baik bagi kesehatan ibu sendiri maupun janinnya.Disamping itu,kadang-kadng kepercayaan,tradisi dan system nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk periksa kehamilan.Misalnya,orang hamil tidak boleh disuntik (periksa kehamilan termasuk memperoleh suntikan anti tetanus),karena suntikan bias menyebabkan anak cacat.Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku,maka sering disebut factor pemudah.

b)      Faktor pemungkin (Enambling factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat,misalnya air bersih,tempat pembuangan sampah,tempat pembuangan sampah tinja,ketersediaan makanan yang bergizi,dan sebagainya.Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas,rumah sakit,poliklinik,posyandu,polindes,pos obat desa,dokter atau bidan praktik swasta,dan sebagainya.Untuk berperilaku sehat,masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung,misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan.Ibu hamil yang mau periksa kehamilan tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa kehamilan melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa kehamilan,misalnya puskesmas,polindes,bidan praktik,ataupun rumah sakit.Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan,maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung,atau faktor pemungkin.

c)      Faktor penguat (Reinforcing factors)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma),tokoh agama (toga),sikap dan perilaku para petugas termasuk kesehatan.Termasuk juga disini undang-undang,peraturan-peraturan,baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.Untuk berperilaku sehat,masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja,melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat,tokoh agama,dan para petugas,lebih-lebih para petugas kesehatan.Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.Seperti perilaku periksa kehamilan,dan kemudahan memperoleh fasilitas periksa kehamilan,dan kemudahan memperoleh fasilitas periksa kehamilan.Juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil melakukan periksa kehamilan.
Oleh sebab itu,intervensi pendidikan (promosi) hendaknya dimulai dengan mendiagnosis ke-3 faktor penyebab (determinan) tersebut,kemudian intervensinya juga diarahkan terhadap 3 faktor tersebut.

2.3  BATASAN PROMOSI KESEHATAN
 Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain,baik individu,kelompok,atau masyarakat,sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik.Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni :
a)      Input adalah sasaran pendidikan (individu,kelompok,masyarakat),dan pendidik (pelaku pendidikan)
b)      Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain)
c)      Output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku).

Sedangkan pendidikan promosi adalah aplikasi atau penerapan pendidikan didalam bidang kesehatan.
Hasil (output) yang diharapkan dari suatu promosi kesehatan adalah perilaku kesehatan,atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif.Perubahan perilaku yang belum atau tidak kondusif ke perilaku yang kondusif ini mengandung berbagai dimensi sebagai berikut.

1.      Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesehatan menjadi perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan,atau dari perilaku negative ke perilaku yang positif.Perilaku yang merugikan kesehatan yang perlu diubah,misalnya merokok,minum-minuman keras,ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya,ibu tidak mau mengimunisasikan anak balitanya,dan sebagainya.

2.      Pembinaan Perilaku
Pembinaan terutama ditunjukan kepada perilaku masyarakat yang sudah sehat agar tetap dipertahankan kesehatannya,artinya masyarakat yang sudah mempunyai perilaku hidup sehat (healthy life style) tetap dilanjutkan atau dipertahankan. Misalnya olahraga teratur,makan dengan menu seimbang menguras bak mandi secara teratur,membuang sampah ditempatnya,dan sebagainya.

3.      Pengembangan Perilaku
Pengembangan perilaku sehat ini terutama ditunjukan untuk membiasakan hidup sehat bagi anak-anak.Perilaku sehat bagi seyogianya dimulai sedini mungkin,karena kebiasaan perawatan terhadap anak,termasuk kesehatan yang diberikan oleh orangtua,akan langsung berpengaruh kepada perilaku sehat anak selanjutnya.
Contoh,bayi yang buang atau pipis,secara naluri merasa tidak enak (risih)lalu menangis.Apabila orangtua tidak merespons dalam arti tidak segera mengganti popoknya,maka lama kelamaan anak akan berhenti menangis dan tidur lagi.Untuk selanjutnya apabila buang air kecil lagi anak tidak akan menangis lagi.Hal ini berarti anak sudah dibiasakan  untuk berperilaku tidak sehat atau jorok.
Dari uraian diatas,dapat dirumuskan bahwa secara konsep,pendidikan kesehatan adalah upaya  untuk mempengaruhi,dan atau mengajak oranglain,baik individu,kelompok, atau masyarakat agar melaksanakan perilaku hidup sehat.Sedangkan secara operasional,pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dana atau meningkatkan pengetahuan,sikap,dan praktik masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
Sesuai dengan 3 faktor penyebab terbentuknya (faktor yang mempengaruhi)perilaku tersebut (Green 1980) maka seyogianya kegiatan pendidikan kesehatan juga ditujukan kepada 3 faktor berikut.

a.       Promosi Kesehatan dalam Faktor-faktor Predisposisi
Dalam hal ini pendidikan atau promosi kesehatan ditujukan untuk menggungah kesadaran,memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik bagi dirinya sendiri,keluarganya,maupun masyarakatnya.Disamping itu,dalam konteks ini promosi kesehatan juga memberikan pengertian tentang tradisi,kepercayaan masyarakat,dan sebagainya,baik yang merugikan maupun yang menguntungkan kesehatan.Bentuk pendidikan ini antara lain penyuluhan kesehatan,pameran kesehatan,iklan-iklan layanan kesehatan,spanduk,billboard,dan sebagainya.

b.      Promosi Kesehatan dalam faktor-faktor Enabling
Karena faktor pemungkin (enabling)ini berupa fasilitas atau sarana prasarana kesehatan,maka bentuk pendidikan kesehatan adalah memberdayakan masyarakat agar mereka mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan bagi mereka.Hal ini bukan berarti memberikan sarana dan prasarana kesehatan dengan Cuma-Cuma tetapi memberikan kemampuan dengan cara bantuan teknik (pelatihan dan bimbingan),memberikan arahan,dan cara-cara mencari dana untuk pengadaan sarana dan prasarana.Pemberian fasilitas ini dimungkinkan hanya sebagai percontohan (pilot project).Prinsip promosi kesehatan dalam kondisi seperti ini adalah give a man to fish,but not give a man a fish (memberikan pancingnya untuk memperoleh ikan,bukan memberikan ikannya).Bentuk pendidikan yang sesuai dengan  prinsip ini pengembangan dan pengorganisasian masyarakat  (PPM),upaya peningkatan pendapatan keluarga (income generating),bimbingan koperasi,dan sebagainya,yang memungkinkan tersedianya polindes,pos obat desa,dana sehat,dan sebagainya.

c.       Promosi Kesehatan dalam Faktor Reenforcing
Karena faktor ini menyangkut sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma) dan tokoh agama (toga),serta petugas,termasuk petugas kesehatan,maka promosi kesehatan yang paling tepat adalah dalam bentuk pelatihan bagi toga,toma,dan petugas kesehatan sendiri.Tujuan utama dari pelatihan ini adalah agar sikap dan perilaku petugas dapat menjadi teladan,contoh,atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat (berperilaku hidup sehat).Disamping itu upaya-upaya agar pemerintah,baik pusat maupun daerah  (provinsi ,kabupaten,kecamatan,kelurahan)mengeluarkan undang-undang atau peraturan-peraturan yang dapat menunjang perilaku hidup sehat bagi masyarakat.Undang-undang perkawinan merupakan factor reinforcing terhadap para remaja untuk menunda perkawinannya sampai umur yang cukup memenuhi persyaratan untuk kesehatan.



2.4  PERANAN PARTISIPASI MASYARAKAT
Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat dibidang kesehatan berarti keikutsertahan seluruh anggota masyarakat dan mencegahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Di dalam hal ini, masyakat sendirilah yang akan memikirkan, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasikan program-program kesehatan mereka. Institusi kesehatan hanya sekedar memotivasi dan membimmbinya. Di dalam partisipasi, setiap anggota masyarakat di tuntut suatu kontribusi atau sumbangan. Kontibusi tersebut bukan hanya terbatas pada dana dan finansial saja, tetapi dapat berbentuk daya (tenaga) dan ide (pemikiran). Dalam hal ini dapat diwujudkan di dalam 4 M, yakni manpower (tenaga), money (uang), material (benda-benda lain seperti kayu, bamboo, beras, batu, dan sebagainya) dan mind (ide atau gagasan).

2.5  ELEMEN-ELEMEN PARTISIPASI MASYARAKAT
Elemen-elemen partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut:
1)      Motivasi
Persyaratan utama untuk masyarakat berpatisipasi adalah motivasi. Tanpa motivasi masyarakat sulit untuk berpatisipasi di segala program. Timbulnya motivasi harus dari masyarakat itu sendiri dan pihak luar hanya men”stimulasi” saja. Untuk itu maka pendidikan atau promosi kesehatan sangat diperlukan dalam rangka merangsang tumbuhnya motivasi.
2)      Kominikasi
Suatu komunikasi yang baik adalah yang dapat menyampaikan pesan, ide, dan informasi kepada masyarakat. Media massa seperti TV, radio, poster, film, dan sebagaiya. Sebagian adalah sangat efektif untuk menyampaikan pesan yang akhirnya dapat menimbulkan partisipasi.
3)      Kooperasi
Kerja sama dengan instasi-instasi diluar kesehatan masyarakat dan instasi kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan. Terjelmanya team work antar mereka ini akan membantu menumbuhkan partisipasi.
4)      Mobilisasi
Hal ini berarti bahwa partisipasi itu bukan hanya terbatas pada tahap pelaksanaan program. Partisipasi masyarakat dapat dimulai seawall mungkin sampai keakhir mungkin, dan identifikasi masalah, menentukan prioritas, perencanaan, program, pelaksanaan sampai dengan monitoring dan program. Juga tidak hanya terbatas pada bidang kesehatan saja, melain-kan berfisafat multidisiplin. Partisipasi adalah juga sebagai gerakan masyarakat menuju masyarakat sehat.


BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
      Sasaran promosi kesehatan terdiri dari sasaran primer, sasaran sekunder, dan sasaran tersier. Menurut Blum, perilaku adalah factor terbesar kedua setelah lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok maupun masyarakat. Oleh sebab itu,dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat,intervensi,atau upaya yang ditunjukkan kepada faktor perilaku ini sangat strategis.Intervensi terhadap factor perilaku secara garis besar dapat dilakukan melalui dua upaya yang saling bertentangan.Masing-masing upaya tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan. Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat dibidang kesehatan berarti keikutsertahan seluruh anggota masyarakat dan mencegahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Di dalam hal ini, masyakat sendirilah yang akan memikirkan, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasikan program-program kesehatan mereka. Institusi kesehatan hanya sekedar memotivasi dan membimmbinya. Di dalam partisipasi, setiap anggota masyarakat di tuntut suatu kontribusi atau sumbangan. Elemen-elemen partisipasi masyarakat terdiri dari motivasi, komunikasi, kooperasi, dan mobolisasi.













DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasinya. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT RINEKA CIPTA





Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERAN NUTRISI DALAM SISTEM IMUN

METABOLISME KARBOHIDRAT DAN ANALISIS BIOKIMIANYA DALAM DARAH DAN URINE

KOMPOSISI TUBUH